13 Desember 2007

Sayembara Ide Desain Rumah Digital - Universitas Bina Nusantara
Juara III
Tim : Denny Setiawan, Maria Elisha

Fase 1 - Ketika volume rumah terus










Fase 2 - Ketika malam datang, dan waktunya menonton televisi










Fase 3 - Ketika banjir datang












Ide rumah digital ini merupakan sebuah entry untuk sayembara internal Universitas Bina Nusantara. Sayembara desain rumah digital ini boleh dikatakan sebagai sebuah kesadaran yang terlambat jika kita mengacu pada majalah-majalah arsitektur terbitan luar negeri yang sudah lama memperkenalkan desain rumah-rumah berteknologi tinggi sebagai inspirasi rumah masa yang akan datang dimana pada saat yang sama, di Indonesia kita masih terus saja disibukan dengan dogma-dogma arsiektur normatif seperti "apa definisi arstektur nusantara?" atau "bagaimana sebaiknya atap tropis?".

Sebuah kesadaran mengenai perpaduan arsitektur dengan teknologi tinggi ini membawa tim [ sDs .. ] pada sebuah konsep architecture = art + hi tech for future, atau dibahasakan sebagai perpaduan seni dan teknologi tinggi sebagai cikal bakal masa depan. Sebagai implementasi dari desain tersebut [ sDs ..] mencoba untuk merumuskan permasalahan-permasalahan yang terjadi kini, dan yang akan terjadi di masa yang akan datang untuk kemudian diselesaikan dengan desain digital. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah :

Gejala terus membesarnya volume rumah
Fenomena banjir tahunan akibat dari pemanasan global
Rusaknya budaya luhur bangsa akibat terlalu banyaknya tayangan tidak mendidik di televisi lokal indonesia
Semakin menipisnya sumber energi dunia

Atas dasar keprihatinan di atas, [ sDs .. ] mencoba memberikan solusi desain dengan aplikasi dari beberapa ide, yaitu:

1. Penggunaan hydarulic platform
Saat ini hydraulic platform hanya lazim digunakan di tempat pencucian mobil, kenapa tidak piranti ini digunaka sebagai piranti untuk "menaik-turunkan" rumah? Dengan menurunkan rumah, sosok rumah bisa saja mengecil sesai dengan kebutuhan. Rasa tertekan seorang pejalan kaki berjalan di sebuah jalan yang kiri kanannya berdiri rumah berskala raksasa, tidak akan terjadi di saat rumah yang berdiri di atas tapak sksalanya seadannya, dan tidak berlebih-lebihan. Kesederhanaan ini menjadi alasan kenapa rumah ini senganja diturunkan ke level basement.

Dengan hydraulic platform,rumah juga dapat dinaikan jikalau banjir besar kembali melanda Jakarta. Dengan ditinggikan, berarti kita bisa menyelamatkan harta benda kita dari kebanjiran. Ide ini menjadi bijaksana mengingat hingga saat ini permasalahan banjir di Jakarta belum juga mencapai titik pencerahan penyelesaiannya.

2. Pemanfaatan dinding sebagai media televisi digital
Ide pemanfaatan dinding sebagai media penyampaian informasi digital ini hadir sebagai bentuk keprihatihan atas "pembodohan massal" yang dilakukan oleh oknum-oknum pertelevisian yang menghasilkan begitu banyak film-film tidak bermutu dengan rating sebagai tameng legitimasi penayangan acara-acara tersebut.

Kepedulian pemilik rumah atas budaya nasional menggugah pemilik rumah untuk memberikan informasi-informasi budaya yang mendidik bagi lingkungan sekitar, salah satu caranya adalah dengan menampilkan film-film bermutu di layar raksasa (dinding) rumahnya. Transfer budaya ini diharapkan menjadi kontra "racun" bagi budaya indonesia yang disebutkan tadi.

3. Penggunaan solar panel sebagai sumber daya alternatif
Kesadaran mengenai semakin menipisnya cadangan energi konvensional menyebabkan kecenderungan untuk penggunaan energi alternatif, yaitu energi cahaya matahari. Cahaya matahari dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan penggunaan piranti solar panel yang mengkonversikan energi alternatif tersebut menjadi energi listrik.

Desain ini mendapatkan apresiasi dari dewan juri yang terdiri dari Ir. Daryanto MSA, Ir. Indartoyo M.Ars, dan Ir. Gatot Suharjanto sebagai Juara ke-3. Semoga desain ini memberikan inspirasi.


Tidak ada komentar: